Sabtu, 23 Juni 2012

Teknologi Pembotolan Pada Produk Minuman


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Indonesia memiliki potensi dan sumber daya alam yang melimpah, berbagai ilmu dikembangkan untuk optimalisasi sumber daya yang tersedia, khususnya pada bidang pengolahan pangan. Banyak teknologi baru yang ditemukan dengan tujuan untuk penganekaragaman pangan maupun pengawetan bahan pangan, serta mempermudah konsumen untuk memperoleh manfaat dari suatu bahan pangan.
            Salah satu dampak dari berkembangnya teknologi pengolahan pangan tersebut adalah penganekaragaman hasil pertanian, termasuk produk minuman. Minuman kemasan banyak diproduksi oleh industri skala rumah tangga dan industri besar.       Umumnya, pada produk minuman atau ekstrak buah menggunakan kemasan botol. Bahan dasar botol yang digunakan pun bervariasi mulai dari botol yang berbahan dasar plastik maupun botol yang berbahan dasar kaca. Hal tersebut berkaitan dengan efisiensi dan fleksibelitas produk, serta daya tarik konsumen, selain tujuan utama adalah untuk meminimalisasi kerusakan yang terjadi selama pascaproses dan pendistribusian. Dalam small project ini, kami akan meninjau langsung proses pembotolan dan pengemasan ekstrak buah dan produk minuman untuk mengetahui perbedaan proses pembotolan skala rumah tangga maupun skala industri, serta perbedaan penanganan kemasan botol dengan bahan dasar plastik dan kaca.

1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang kami angkat dalam small project ini adalah
1.      Bagaimana proses pembotolan skala rumah tangga dan skala industri ?
2.      Bagaimana proses pengemasan produk minuman dengan botol berbahan dasar plastik dan kaca ?



1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai dalam small project ini adalah
1.      Mengetahui proses pembotolan skala industri dan skala rumah tangga
2.      Mengetahui proses pengemasan produk minuman dengan botol berbahan dasar plastik dan kaca

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari small project ini adalah
1.      Mahasiswa dapat mengetahui proses pembotolan skala industri dan skala rumah tangga
2.      Mahasiswa mengetahui proses pengemasan produk minuman dengan botol berbahan dasar plastik dan kaca

  
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembotolan (bottling)
Pengemasan didesain atau dirancang sedemikian rupa untuk melindungi produk dari kerusakan dan untuk menjual produk lengkap dengan wadah atau kemasan yang digunakan. Dalam industripengolahan m akanan yang besar, biasanya diperlukan proses pengemasan secara mekanis untuk mendapatkan teknik pengemasan yang efisien. Salah satu bentuk bahan pengemas yang banyak digunakan adalah botol. Botol yang digunakan ada yang berbahan gelas dan ada pula dari plastik.
Meskipun bahan yang digunakan untuk mengemas produk dalam bentuk yang sama yaitu botol, namun untuk produk yang berbeda maka teknik pembotolan yang digunakan juga berbeda. Teknik pembotolan juga dipengaruhi oleh bentuk botol yang berbeda pula. Sebagai contoh: teknik pembotolan untuk mengemas produk susu segar akan berbeda dengan teknik pembotolan untuk mengemas produk kopi instant.
Dibandingkan dengan pengalengan maka pembotolan (pengemasan dengan botol) di industri besar dalam proses pembotolan memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit. Tahapan pembotolan dalam industri meliputi: memasukkan botol kosong dalam alat (bottle feeding), pembersihan botol (bottle cleaning), pengisian (filling), penutupan (closing), pelabelan (labeling), penyusunan dan pengemasan untuk tranportasi (Dwiari, dkk., 2008).

2.2 Tahapan Pembotolan Pada Umunya
Tahapan pembotolan pada umunya seperti berikut:
1.   Memasukan Botol kosong dalam alat (Bottle feeding)
Sebelum botol-botol kosong masuk ke tempat pengisian, maka botol kosong dimasukkan dalam bottle feeder secara tidak beraturan atau dituangkan begitu saja tanpa menata dan mengaturnya. Keluar dari bottle feeder, maka botol akan berada dalam posisi berdiri satu persatu dan tidak saling menumpuk atau posisi botol tidak boleh miring. Untuk mengatur posisi botol tetap tegak, maka perlu diatur kecepatan alat, sebab bila terlalu cepat maka akan terjadi botol keluar pada posisi miring sehingga botol
akan roboh, seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Pengaruh bentuk botol pada saat pengisian.

Dari Gambar 1 terlihat bahwa kemasan oval yang lancip lebih sulit untuk dikontrol (A) dibandingkan dengan kemasan oval dengan dasar yang lebih datar (B). Penggunaan botol dengan salah satu bagian berbentuk lancip (C) karena pada saat pengisian pada ban berjalan menyebabkan botol berada pada posisi miring (C). Bentuk botol (D) lebih cocok digunakan pada proses pengisian menggunakan mesin (filling machine).

2.      Pembersihan Botol (Bottle Cleaning)
Pembersihan botol dapat dilakukan secara manual satu per satu. Dalam industri besar, maka pencucian botol secara manual tidak mungkin dilakukan. Pencucian botol bisa juga dilakukan dengan menggunakan bottle washer yang dilengkapi dengan sikat elektrik. Industri yang menggunakan botol plastic umumnya menggunakan botol baru. Botol-botol tersebut disimpan di tempat kering dengan kelembaban rendah. Penyimpanan dalam ruang yang lembab menyebabkan debu mudah menempel pada bagian dinding botol atau wadah.

3.      Pengisian (filling)
Tahap pengisian produk cair dan produk dalam bentuk padat kedalam kemasan botol memiliki teknik yang berbeda. Teknik pengisian produk cair ke dalam kemasan botol dibagi menjadi empat (Paine dan Paine, 1993) yaitu:

a.   Vacuum filling (Pengisian produk hampa udara)
Teknik ini merupakan teknik pengisian yang paling bersih dan paling murah untuk berbagai jenis produk. Teknik ini mampu mendeteksi botol yang retak, botol bocor atau botol yang sumbing. Disamping itu pengisian dengan vacuum filling dapat menekan kehilangan produk dan mencegah adanya tetesan produk yang memberi kesan kotor. Setelah pengisian, tidak diperlukan pembersihan. Ada tiga jenis vacuum filler, yaitu pengisian secara rotary, tray dan secara otomatis. Pada pengisian dengan rotary vacuum filler, setiap botol diangkat satu persatu kemudian secara otomatis diisi dengan produk dimana alat terus berputar. Pada pengisian dengan tray vacuum filler maka botol diletakkan berbaris di atas tray dan dibawa oleh ban berjalan kemudian langsung diisi dengan produk. Pada pengisian otomatis, maka setiap botol kosong akan terisi secara otomatis setelah melewati alat pengisi produk. Pengisian produk dalam kemasan botol dengan teknik rotary vacuum filler dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengisian produk dalam kemasan botol dengan teknik rotary vacuum filler.


b.   Measured dosing (Pengisian produk terukur)

Pada teknik ini setiap filler terdiri atas silinder terkalibrasi dan piston. Ketika piston menekan katup pengisian, maka katup tersebut akan membuka dan produk mengalir dan mengisi silinder dalam jumlah tertentu. Ketika botol produk sampai pada tempat pengisian maka katup akan membuka dan mengalirkan produk ke dalam botol, dan pada waktu yang bersamaan katup pengisian (yang berfungsi mengatur aliran produk ke silinder) akan menutup. Pengisian produk dengan metode measured dosing dapat dilihat pada gambar berikut.


Gambar 3. Pengisian produk cair dengan teknik measured dosing.
c.   Gravity-filling (Pengisian berdasarkan gravitasi).
Ada dua tipe alat gravity-filling yang sering digunakan, yaitu berdasarkan waktu  atau lama pengisian dan berat botol yang digunakan. Pada gravity filling berdasarkan lama pengisian, maka katup pengisi yang berfungsi mengisi produk akan membuka dalam waktu tertentu sehingga volume yang diinginkan tercapai.
Alat ini didasarkan pada kekentalan produk dan diameter pipa pengisian yang dikendalikan secara mekanik oleh timer atau elektronik. Sedangkan gravity filling berdasarkan berat botol, sebelum dilakukan pengisian maka botol ditimbang lebih dahulu. Selanjutnya botol tersebut akan menuju tempat pengisian produk, kemudian katup pengisian membuka untuk mengalirkan produk ke dalam botol.

d.   Pressure filling (Pengisian berdasarkan tekanan)
Pada dasarnya teknik ini hampir sama dengan teknik pengisisan gravity filling berdasarkan lama pengisian. Teknik ini hanya sesuai untuk mengemas produk dengan kecepatan sedang hingga tinggi, seperti sari buah, susu segar dan produk-produk yang sejenis. Bila dibandingkan, dari keempat teknik pengisian produk cair, maka masing-masing teknik pengisian memiliki kesesuaian jenis produk yang berbeda, seperti pada Tabel 1.


4.      Penutupan Botol

Penutupan botol hendaknya dilakukan secara hermetis (rapat), seperti penutupan botol untuk mengemas produk jam, jelly, sirup, sari buah, produk olahan daging dan hasil olahan lainnya yang diolah dengan menggunakan suhu tinggi. Tujuan penutupan secara hermetis yaitu untuk mencegah produk dari kerusakan, terutama yang disebabkan oleh mikroba.
Keadaan hermetis akan tercapai bila tutup botol dan bagian luar mulut botol dalam kondisi baik. Tutup botol biasanya terdiri atas dua bagian, yaitu: lapisan luar yang terbuat dari logam dan lapisan dalam (gasket) terbuat dari karet atau PVC. Ada beberapa jenis tutup botol, yaitu jenis screwon cap closure, jenis crimp-on closure (jenis mahkota), jenis rollon closure dan jenis cork (sumbat).
Jenis screw-on cap closure, memiliki ulir pada bagian tutup. Ulir ini  erfungsi untuk mengunci tutup dengan ulir pada bagian mulut botol. Biasanya penutupan dilakukan dengan menekan dan memutar 1-2 kali putaran. Jenis tutup ini dapat dibuka dan ditutup kembali dengan baik. Biasanya jenis tutup ini banyak digunakan untuk menutup produk berbentuk pasta, sirup, dan yang sejenis.
Tutup jenis crimp-on closure (mahkota), disebut mahkota karena hasil penutupan botol menyerupai mahkota yang menempel pada bagian mulut botol. Umumnya digunakan untuk menutup produk kecap, sirup, bir, sari buah dan produk yang sejenis.Biasanya tutup jenis roll-on closure terbuat dari aluminium lunak. Penutupan dilakukan dengan cara mengepres tutup pada bagian mulut botol sehingga tercetak sesuai dengan pola mulut  botol. Untuk jenis cork (sumbat), maka penutupan botol dilakukan dengan menekan tutup botol pada bagian mulut botol.
Meskipun kemasan botol merupakan kemasan yang baik untuk menahan gas, air dan bau, namun produk dalam kemasan gelas yang disimpan tetap dapat rusak apabila penutupan wadah tidak memenuhi syarat. Syarat-syarat penutupan kemasan gelas yang baik adalah : kemasan harus dapat melindungi komponen penyusun produk, dapat mencegah penetrasi senyawa dari luar ke dalam wadah, tutup botol tidak bereaksi dengan produk yang dikemas, tidak lengket dengan produk, design/rancangan bentuk tutup sedemikian rupa sehingga mudah dibuka.

5.      Pelabelan botol
Setelah penutupan, maka langkah berikutnya adalah memberi label pada kemasan botol. Pemberian label dapat secara manual atau menggunakan alat.

6.      Case Packing
Botol-botol yang sudah diisi, diberi tutup dan diberi label biasanya masih dikemas lagi dengan menggunakan kardus. Kemudian kardus-kardus tersebut dikemas dengan menggunakan plastic wrapping (shrink-wrapping). Pengemasan ini memudahkan dalam distribusi produk untuk jarak jauh (Dwiari, dkk., 2008).
2.3         Syarat-syarat Botol
Syarat – syarat botol yang digunakan untuk mengemas produk minuman antara lain :
1.      Mampu melindungi produk selama penanganan transportasi dan penumpukan.
2.      Tidak mengandung bahan kimia
3.      Memenuhi persyaratan pasar (baik bentuk, ukuran dan berat)
4.      Kekuatan pengepakan tidak mempengaruhi kelembapan
5.      Harga disesuaikan dengan produk
6.      Mempermudah penjualan eceran
7.      Kemudahan pembuanganya
8.      Dapat digunakan ulang/daur ulang
9.      Tidak bereaksi dengan produk (inert) (Syarief, dkk.,1998).

2.4         Botol Plastik
Botol plastik adalah senyawa makromolekul organik yang diperoleh dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, atau proses serupa lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi makromolekul alam yang dibentuk menjadi sebuah bahan kemasan berbentuk botol yang aman digunakan sebagai pengemas bahan pangan ataupun produk minuman. Keunggulannya dalam menggunakan botol plastik dari segi bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan, tidak mudah pecah, bersifat transparan/tembus pandang, mudah diberi, label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara massal, harga relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.
Namun penggunaan botol plastik memiliki kekurangan yakni tidak tahan panas, berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari polimer dan plastik merupakan bahan yang sulit terbiodegradasi sehingga dapat mencemari lingkungan (Anonim, 2006).
Secara garis besar terdapat dua macam botol plastik, yaitu resin termoplastik dan resin termoset. Resin termoplastik mempunyai sifat dapat diubah bentuknya jika dipanaskan, sedangkan resin termoset hanya dapat dibentuk satu kali saja.

2.5         Botol Kaca

Gelas adalah campuran pasir dengan soda abu (serbuk mineral/pasir putih dengan titik leleh rendah), batu kapur dan pecahan atau limbah atau gelas yang didaur ulang. Kemasan botol menggunakan kaca memiliki keunggulan tersendiri untuk produk minuman, salah satunya dapat dipanaskan sehingga pada industri  biasanya dilakukan sterilisasi dengan panas, trasparan, dan dapat didaur ulang. Namun botol kaca juga memiliki kekurangan yaitu berat, mudah pecah, harganya mahal, non biodegradable, bentuk tetap (rigid), proses pembuatannya massal (padat/cair).
Menurut Syarief, dkk. (1998), kaca dalam bentuk botol dikenalkan oleh seorang dokter untuk sistem distribusi susu segar yang bersih dan aman pada tahun 1994. Mekanisasi pembuatan botol kaca besar-besaran pertama kali tahun 1992. Wadah-wadah berbahan kaca terus berkembang hingga saat ini, mulai dari bejana-bejana sederhana hingga berbagai bentuk yang sangat menarik. Sebagai bahan kemasan, botol kaca mempunyai kelebihan dan kelemahan.
 Kelebihan kemasan berbahan dasar kaca antara lain :
-        Kedap terhadap air, gas , bau-bauan , dan mikroorganisme,
-        Inert dan tidak dapat bereaksi atau bermigrasi ke dalam bahan pangan,
-        Kecepatan pengisian hampir sama dengan kemasan kaleng,
-        Sesuai untuk produk yang mengalami pemanasan dan penutupan secara hermetis,
-        Dapat didaur ulang,
-        Dapat ditutup kembali setelah dibuka,
-        Transparan sehingga isinya dapat diperlihatkan dan dapat dihias,
-        Dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk dan warna,
-        Memberikan nilai tambah bagi produk,
-        Rigid (kaku), kuat dan dapat ditumpuk tanpa mengalami kerusakan.

Adapun kelemahan kemasan botol kaca adalah berat sehingga biaya transportasi mahal, resistensi terhadap pecah dan mempunyai thermal shock yang rendah, dimensinya bervariasi, berpotensi menimbulkan bahaya yaitu dari pecahan kaca.
Tahapan dalam proses pembuatan kemasan botol kaca adalah sebagai berikut :
-        Bahan baku dicampur merata secara otomatis (Silika, Soda Abu Na2O, Potasium Oksida K2O,Batu Kapur (Kalsium Oksida) CaO, Magnesium Oksida,Alumunium Oksida, Besi Oksida, Belerang Tri Oksida).
-        Kemudian dimasukkan ke dalam tanur untuk dilelehkan dengan suhu 1500-1600° C ada yang 1300°C).
-        Tungku pembakaran membara terus menerus dan dikendalikan oleh sistem (panel) pengendali.
-        Sebelum dicetak suhu diturunkan hingga 1000-1200oC dan lelehan gelas didiamkan beberapa saat.
-        Cairan gelas dialirkan ke dalam mesin pembuat botol
-        Lelehan dipotong-potong dengan ukuran yang ditetapkan dalam bentuk gumpalan kasar.
-        Gumpalan meluncur ke pencetakan pertama (cetakan Parison).
-          Hembus Ganda (Blow and Blow) untuk gelas berleher sempit (botol)
-          Tekan dan Hembus (Press and Blow) untuk gelas berleher lebar.
-          Pembentukan dan pencetakan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
-              Dipindahkan ke cetakan akhir atau cetakan wadah yaitu cetakan yang sebenarnya dengan ukuran tertentu.
-              Dibawa ke ruang “leher” pendingin yang bersuhu 450oC.
-              Wadah dipanaskan kembali (proses annealing).
-        Kemudian perlahan-lahan didinginkan dari suhu 575-600oC menjadi 450oC dengan adanya aliran udara. Proses ini bertujuan untuk membuat wadah gelas menjadi tidak rapuh atau mudah pecah.
-        Dilakukan pengawetan gelas dengan cara pre-cooling yang berfungsi untuk menjaga kompresor agar udara yang terhisap hanya udara yang dalam keadaan bersih dan tidak mengandung air. Di Indonesia teknologi pre-cooling pertama kali ditemukan oleh PT.Iglas (Persero).
-        Dilakukan pengawasan mutu ketika botol keluar dari cetakan, yang terdiri dari uji coba (Butler, 2001).



BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tampat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua industri berbeda yakni PT.Amerta Indah Otsuka (Pasuruan) dengan produk Pocari sweat, dan D’Rossa (Jl. Sriwijaya, Jember) dengan produk sirup buah naga, yang kami kunjungi bulan April-Mei 2012.

3.2. Metode kerja
Skema kerja small project dapat dilihat pada Gambar 4, skema ini menunjukkan kegiatan yang  kami lakukan selama proses penyelesaian small project . Deskripsi kerja kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.
Koordinasi Kelompok
Hasil
Evaluasi
Kunjungan
Menghubungi Pihak terkait
Pencarian Literatur
Perencanaan
Pelaporan
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 


Tabel 2. Diskripsi Kerja Kelompok
No
Kegiatan
Pelaksana
Keterangan
1
Koordinasi
Pradiska

2
Perencanaan
Bersama

3
Pencarian literature
a.       Tipus 1
b.      Tipus 2
c.       Tipus 3
d.      Tipus 4
e.       Tipus 5

Pradiska
Lailatul
Mai
Akita
Devara

4
Pengumpulan data
Bersama

5
Menghubungi Pihak Terkait
Devara, Lailatul, mai

6
Koordinasi
Bersama

7
Kunjungan
a.       Pocari
b.      Home Industri

Akita
Bersama

8
Koordinasi
Bersama

9
Analisa
Bersama

10
Evaluasi
Bersama

11
Penyusunan Laporan
Bersama



3.3 Jadwal Kegiatan
Seluruh rangkaian kegiatan yang kami lakukan dalam  menyelesaikan small project tertera pada Tabel 3. Pelaksanaan small project ini berlangsung selama kurang lebih tujuh minggu. Kegiatan yang dilakukan dimulai dari koordinasi kelompok hingga penyusunan laporan.

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
Uraian Kegiatan
Waktu Pelaksanaan (minggu ke-)
1
2
3
4
5
6
7
1.
Koordinasi kelompok







2.
Perencanaan







3.
Pencarian literatur







4.
Kunjungan ke Industri 1







5.
Penyusunan dan penyampaian progress report







6.
Survey lokasi







7.
Kunjungan dan magang







8.
Evaluasi kegiatan







9.
Analisa dan hasil







10.
Penyusunan laporan











BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Pembotolan Skala Industri Rumah Tangga
 Berdasarkan kunjungan yang dilakukan, pembotolan pada skala rumah tangga diawali dengan pembersihan botol kaca. Pembersihan botol  menggunakan cara yang sederhana yaitu dengan  merendam botol dalam air panas yang ditambahkan dengan asam sitrat. Konsentrasi asam sitrat yang ditambahkan adalah 100 gram/5 Liter air. Penambahan asam sitrat  bertujuan untuk membersihkan noda lemak maupun zat lain yang melekat pada botol, karena asam sitrat memiliki kemampuan untuk mengkelat logam, sehingga berguna sebagai pengganti sabun dan deterjen  sehingga botol bebas dari kontaminasi fisik (Anonim, 2010).
Proses kedua dilakukan pengeringan menggunakan sinar matahari kemudian botol tersebut di sterilisasi menggunakan uap panas, perlakuan sterilisasi ini menggunakan alat yang sederhana yakni alat pengukus selama 15 menit dengan suhu sekitar 100°C, proses tersebut bertujuan agar botol bebas dari kontaminasi mikroba. Kemudian dilakukan pengisian botol dengan syrup menggunakan teknik yang sederhana, yakni dengan mengukur syrup dalam wadah ukur sebanyak 265 mL dan botol yang telah terisi syrup tersebut ditutup dengan cara manual, kemudian dilakukan pemanasan kembali dengan uap panas hal ini bertujuan untuk menghilangkan mikroba patogen yang terdapat dalam bahan. Pemanasan ini berlangsung selama 5 menit menggunakan alat yang sama seperti sebelumnya, dalam kondisi yang panas, dilakukan pelabelan dengan menempelkan kertas label, dalam kondisi ini sangat menguntungkan bagi pelabelan karena jika botol dalam keadaan panas pelabelan lebih mudah dilakukan. Selanjutnya dilakukan penyegelan untuk memberikan keyakinan bagi konsumen bahwa produk tersebut masih asli dari produsen dan dilakukan distribusi. Diagram alir pembotolan produk minuman skala industri rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 5.           
4.2 Proses Pembotolan Skala Industri Besar
Pada industri skala besar pembotolan diawali dengan pemanasan bijih resin. Resin adalah butiran kecil berwarna putih yang terbuat dari minyak bumi jenis PET (Poly Ethylen Terephthalate), resin kemudian dicetak untuk menjadi preform, dan dilakukan injeksi modling yakni pencetakan bijih resin menjadi calon botol yang digunakan sebgai bahan pengemas, dalam kondisi ini calon botol masih mampat belum terisi angin dan masih berbentuk pipih, dan selanjutnya dilakukan peniupan sehingga botol mulai memiliki bentuk, semua alat dalam pengemasan ini menggunakan alat yang canggih dan otomatis.
Botol yang sudah siap dan memiliki bentuk diisi (filling)  dengan produk yang akan di pasarkan dengan alat tertentu secara otomatis dan pemberian tutup (capping), dan dilakukan pelabelan serta inspeksi, inspeksi ini dilakukan secara otomatis menggunakan kamera pengawas untuk memberikan jaminan kualitas yang tinggi, kemudian dilakukan pengemasan dan pemberian tanggal kadaluarsa. Pengemasan dalam satu karton yang berisi 24 botol produk, yang selanjutnya dilakukan pengecekan akhir untuk memastikan kualitas yang terbaik sebelum didistribusikan, setelah melalui uji kualitas produk didistribusikan. Untuk diagram alir proses pembotolan skala industri besar dapat dilihat pada Gambar 6.

Bijih resin
Pemanasan dan pencetakan
Preform
Peniupan
Filling dan Penutupan
Labeling

Inspeksi
Packing
Labelling
Gambar 6. Diagram Alir Proses Pembotolan
Industri Skala Besar3 Perbedaan Proses Pembotolan Skala Industri Besar dan Rumah Tangga

Perbedaan proses pembotolan skala industri besar dan skala rumah tangga yakni dapat dilihat pada Tabel 3. Botol yang digunakan pada industri skala rumah tangga adalah botol berbahan dasar kaca, sedangkan pada industri besar botol yang digunakan berbahan dasar plastik, sehingga pada proses pembotolannya terdapat perbedaan perlakuan. Namun pada dasarnya, hal tersebut tidak memperngaruhi proses pembotolan secara umum, karena ada juga industri skala rumah tangga yang menggunakan botol plastik yang siap pakai dan lebih murah harganya, serta industri skala industri yang menggunakan botol kaca.

Tabel 4. Perbedaan Proses Pembotolan Skala Industi Besar dan Skala Rumah Tangga
No
Proses
Industri Besar
Rumah Tangga
1.
Pembuatan Botol

2.
Peniupan

3.
Pebersihan botol (perendaman)

4.
Pengeringan

5.
Filling dan capping
6.
Pasteurisasi

7.
Pelabelan
8.
Penyegelan

9.
Inspeksi

10.
Pengemasan

11.
Uji Kualitas

12.
Distribusi

13
12
 
Pada industri yang kami kunjungi, pegisian produk pada industri skala rumah tangga menggunakan cara manual dengan mengukur satu persatu produk yang akan diisikan dalam botol, sedangkan pada industri skala besar pengisian produk menggunakan alat khusus dengan takaran tertentu sehingga proses pengisian menjadi lebih cepat.
Pelabelan dilakukan dengan cara otomatis dengan label seragam pada produksi minuman skala industri besar, sedangkan skala industri rumah tangga menggunakan cara manual sehingga produk kemasan skala industri rumah tangga terkadang tidak seragam dan peletakan label tidak tepat pada posisinya. Namun sebelum dilakukan pelabelan produk, pada industri skala rumah tangga dilakukan  proses pemanasan menggunakan uap panas (steaming) yang tidak dilakukan dalam industri besar. Pemanasan tersebut bertujuan untuk  menghilangkan kontaminasi mikroba pada produk dan mempermudah proses pelabelan karena jika kondisi botol panas, proses pelabelan lebih mudah merekat dan mudah dilepas jika terjadi kesalahan dalam penempelan label.
Untuk memberikan jaminan kualitas pada industi besar dilakukan inspeksi untuk memastikan produk yang akan didistribusikan kemasannya tidak ada yang cacat, sedangkan pada industri skala rumah tangga tidak dilakukan inspeksi akan tetapi dilakukan penyegelan sebagai ciri bahwa produk tersebut asli dari produsen.
 Selanjutnya pada industri besar dilakukan pengemasan dalam kardus, uji akhir kualitas dan pendistibusian. Sedangkan pada industri skala rumah tangga tidak dilakukan pengemasan dalam kardus dan uji akhir kualitas melainkan langsung didistribuskan, sehingga produk dari produsen skala rumah tangga didistribusikan secara eceran dan produk dari produsen skala industri besar didistribusikan per kardus.
Perbedaan kemasan juga terlihat pada segel yang terdapat pada kemasan. Penyegelan pada industri skala rumah tangga dilakukan dengan menggunakan silika yang kemudian dipanaskan menggunakan uap, sehingga segel menutupi seluruh permukaan tutup botol, sedangkan pada skala industri besar, segel yang digunakan adalah segel otomatis yang melekat pada bagian bawah tutup botol, sehingga segel ini lebih kuat.
Hal yang sangat penting pada proses pembotolan ini adalah perbedaan proses inspeksi dan jaminan mutu pada produk, pada produksi industri rumah tangga, proses inspeksi dan uji kualitas benar-benar terjamin dan teruji kualitasnya pada setiap produknya, beebeda dengan industri rumah tangga yang tanpa melalui uji kualitas. Uji kualitas yang dilakukan pada industri rumah tangga hanya dilakukan pada satu sampel produk saja, sehingga terdapat kemungkinan adanya perbedaan kualitas pada sampel lainnya yang tidak teruji.


4.4 Perbedaan Proses Pembotolan dengan Bahan Dasar Kaca dan Bahan Dasar Plastik
Proses pembotolan dengan menggunakan bahan dasar kaca dan menggunakan bahan dasar botol memiliki beberapa perbedaan dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbedaan Botol Berbahan Dasar Kaca dan Plastik
No
Parameter
Botol kaca
Botol Plastik
1.
Ketahanan terhadap Panas
Lebih tahan
Kurang tahan
2.
Ketahanan terhadap zat kimia
Lebih tahan
Kurang tahan
3.
Biaya
Lebih efisien
Kurang efisien
4.
Alat yang digunakan
Efisien
Kurang efisien
5
Menggunakan uap panas
Ya
Tidak 
6
Pasteurisasi 
Ya
Tidak
7
Perendaman Asam Sitrat
Ya 
Tidak

            Botol berbahan dasar kaca perlu disterilisasi dan dipanaskan menggunakanan uap panas untuk menghilangkan kontaminasi mikroorganisme serta pembersihan dengan perendaman dalam larutan asam sitrat. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada botol plastik karena dikhawatirkan akan membahayakan konsumen karena ada kemungkinan senyawa plastik yang direndam dalam larutan asam akan bereaksi sehingga mencemari produk. Sedangkan jika menggunakan bahan dasar plastik maka botol yang akan digunakan harus dilakukan pencetakan yakni pembuatan botol yang terbuat dari bijih resin.
Dari segi biaya, pembotolan yang menggunakan kaca lebih efisien dari pada pembotolan menggunakan botol plastik. Hal tersebut karena botol kaca aman digunakan, lebih tahan terhadap zat kimia,dan lebih tahan panas.
Terdapat proses pasteurisasi pada pembotolan menggunakan kaca yang bertujuan untuk menghilangkan mikroba patogen yang tumbuh dalam produk. Pembotolan menggunakan botol plastik tidak dilakukan proses pasteurisasi karena jika botol diberi perlakuan panas, maka botol akan rusak dan meleleh. Pengisian produk dilakukan langsung pada botol yang telah dibuat sebelumnya, sehingga alat yang digunakan untuk membuat botol harus benar-benar steril dan teruji kualitasnya agar tidak terjadi kontaminasi dari peralatan.
BAB. 5 PENUTUP
                                       
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan penelitian yang dilakuakan dapat disimpulakn bahwa
1.      Proses pembotolan skala industri rumah tangga meliputi pembersihan, sterilisasi, filling dan capping, pasteurisasi, labelling, dan segel.
2.      Proses pembotolan skala industri besar meliputi pembuatan botol, peniupan, filling dan capping, labeling, injeksi, pengemasan, uji kualitas, distribusi.
3.      Perbedaan proses pada botol berbahan dasar plastik dan berbahan dasar kaca adalah pada pembuatan dan sterilisasi.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk penelitian lebih lanjut adalah kunjungan dan magang singkat pada industri besar sangat diperlukan guna meningkatkan pemahaman dan mendapatkan pengetahuan yang lebih detail mengenai proses pembotolan.