BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi dan sumber daya
alam yang melimpah, berbagai ilmu dikembangkan untuk optimalisasi sumber daya
yang tersedia, khususnya pada bidang pengolahan pangan. Banyak teknologi baru
yang ditemukan dengan tujuan untuk penganekaragaman pangan maupun pengawetan
bahan pangan, serta mempermudah konsumen untuk memperoleh manfaat dari suatu
bahan pangan.
Salah
satu dampak dari berkembangnya teknologi pengolahan pangan tersebut adalah
penganekaragaman hasil pertanian, termasuk produk minuman. Minuman kemasan
banyak diproduksi oleh industri skala rumah tangga dan industri besar. Umumnya, pada produk minuman atau
ekstrak buah menggunakan kemasan botol. Bahan dasar botol yang digunakan pun bervariasi mulai dari botol yang berbahan dasar plastik maupun botol yang berbahan dasar kaca.
Hal tersebut berkaitan dengan efisiensi dan fleksibelitas produk, serta daya
tarik konsumen, selain tujuan utama adalah untuk meminimalisasi kerusakan yang
terjadi selama pascaproses dan pendistribusian. Dalam small project
ini, kami akan meninjau langsung proses pembotolan dan pengemasan ekstrak buah
dan produk minuman untuk mengetahui perbedaan
proses pembotolan skala rumah tangga maupun skala industri, serta
perbedaan penanganan kemasan botol dengan bahan dasar plastik dan kaca.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah
yang kami angkat dalam small project
ini adalah
1. Bagaimana
proses pembotolan skala rumah tangga dan skala industri
?
2. Bagaimana
proses pengemasan produk minuman dengan botol berbahan dasar plastik dan kaca ?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin kami capai dalam small
project ini adalah
1. Mengetahui
proses pembotolan skala industri
dan skala rumah tangga
2. Mengetahui
proses pengemasan produk minuman dengan botol berbahan dasar plastik dan kaca
1.4 Manfaat
Manfaat
yang diperoleh dari small project ini
adalah
1. Mahasiswa
dapat mengetahui
proses pembotolan skala industri
dan skala rumah tangga
2. Mahasiswa mengetahui
proses pengemasan produk minuman dengan botol berbahan dasar plastik dan kaca
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembotolan (bottling)
Pengemasan didesain atau dirancang
sedemikian rupa untuk melindungi produk dari kerusakan dan untuk menjual produk
lengkap dengan wadah atau kemasan yang digunakan. Dalam industripengolahan m
akanan yang besar, biasanya diperlukan proses pengemasan secara mekanis untuk mendapatkan
teknik pengemasan yang efisien. Salah satu bentuk bahan pengemas yang banyak
digunakan adalah botol. Botol yang digunakan ada yang berbahan gelas dan ada
pula dari plastik.
Meskipun bahan yang digunakan untuk
mengemas produk dalam bentuk yang sama yaitu botol, namun untuk produk yang
berbeda maka teknik pembotolan yang digunakan juga berbeda. Teknik pembotolan
juga dipengaruhi oleh bentuk botol yang berbeda pula. Sebagai contoh: teknik
pembotolan untuk mengemas produk susu segar akan berbeda dengan teknik
pembotolan untuk mengemas produk kopi instant.
Dibandingkan dengan pengalengan
maka pembotolan (pengemasan dengan botol) di industri besar dalam proses
pembotolan memerlukan tenaga kerja yang lebih sedikit. Tahapan pembotolan dalam
industri meliputi: memasukkan botol kosong dalam alat (bottle feeding), pembersihan
botol (bottle cleaning), pengisian (filling), penutupan (closing),
pelabelan (labeling), penyusunan dan pengemasan untuk tranportasi (Dwiari,
dkk., 2008).
2.2 Tahapan Pembotolan Pada Umunya
Tahapan pembotolan pada umunya seperti berikut:
1.
Memasukan Botol kosong dalam alat (Bottle feeding)
Sebelum
botol-botol kosong masuk ke tempat pengisian, maka botol kosong dimasukkan
dalam bottle feeder secara tidak beraturan atau dituangkan begitu saja
tanpa menata dan mengaturnya. Keluar dari bottle feeder, maka botol akan
berada dalam posisi berdiri satu persatu dan tidak saling menumpuk atau posisi
botol tidak boleh miring. Untuk mengatur posisi botol tetap tegak, maka perlu
diatur kecepatan alat, sebab bila terlalu cepat maka akan terjadi botol keluar
pada posisi miring sehingga botol
akan roboh, seperti pada Gambar 1.
akan roboh, seperti pada Gambar 1.
Gambar
1. Pengaruh bentuk botol pada saat pengisian.
Dari
Gambar 1 terlihat bahwa kemasan oval yang lancip lebih sulit untuk dikontrol
(A) dibandingkan dengan kemasan oval dengan dasar yang lebih datar (B). Penggunaan
botol dengan salah satu bagian berbentuk lancip (C) karena pada saat pengisian
pada ban berjalan menyebabkan botol berada pada posisi miring (C). Bentuk botol
(D) lebih cocok digunakan pada proses pengisian menggunakan mesin (filling
machine).
2.
Pembersihan Botol (Bottle Cleaning)
Pembersihan
botol dapat dilakukan secara manual satu per satu. Dalam industri besar, maka
pencucian botol secara manual tidak mungkin dilakukan. Pencucian botol bisa
juga dilakukan dengan menggunakan bottle washer yang dilengkapi dengan
sikat elektrik. Industri yang menggunakan botol plastic umumnya menggunakan
botol baru. Botol-botol tersebut disimpan di tempat kering dengan kelembaban
rendah. Penyimpanan dalam ruang yang lembab menyebabkan debu mudah menempel
pada bagian dinding botol atau wadah.
3.
Pengisian (filling)
Tahap
pengisian produk cair dan produk dalam bentuk padat kedalam kemasan botol
memiliki teknik yang berbeda. Teknik pengisian produk cair ke dalam kemasan
botol dibagi menjadi empat (Paine dan Paine, 1993) yaitu:
a.
Vacuum filling (Pengisian produk hampa udara)
Teknik
ini merupakan teknik pengisian yang paling bersih dan paling murah untuk
berbagai jenis produk. Teknik ini mampu mendeteksi botol yang retak, botol
bocor atau botol yang sumbing. Disamping itu pengisian dengan vacuum filling
dapat menekan kehilangan produk dan mencegah adanya tetesan produk yang
memberi kesan kotor. Setelah pengisian, tidak diperlukan pembersihan. Ada tiga
jenis vacuum filler, yaitu pengisian secara rotary, tray dan
secara otomatis. Pada pengisian dengan rotary vacuum filler, setiap botol
diangkat satu persatu kemudian secara otomatis diisi dengan produk dimana alat
terus berputar. Pada pengisian dengan tray vacuum filler maka botol
diletakkan berbaris di atas tray dan dibawa oleh ban berjalan kemudian
langsung diisi dengan produk. Pada pengisian otomatis, maka setiap botol kosong
akan terisi secara otomatis setelah melewati alat pengisi produk. Pengisian
produk dalam kemasan botol dengan teknik rotary
vacuum filler dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pengisian produk dalam
kemasan botol dengan teknik rotary vacuum filler.
b.
Measured dosing (Pengisian produk terukur)
Pada teknik ini setiap filler terdiri atas silinder terkalibrasi dan piston. Ketika piston menekan katup pengisian, maka katup tersebut akan membuka dan produk mengalir dan mengisi silinder dalam jumlah tertentu. Ketika botol produk sampai pada tempat pengisian maka katup akan membuka dan mengalirkan produk ke dalam botol, dan pada waktu yang bersamaan katup pengisian (yang berfungsi mengatur aliran produk ke silinder) akan menutup. Pengisian produk dengan metode measured dosing dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Pengisian produk cair dengan teknik measured
dosing.
c.
Gravity-filling (Pengisian berdasarkan gravitasi).
Ada
dua tipe alat gravity-filling yang sering digunakan, yaitu berdasarkan
waktu atau lama pengisian dan berat
botol yang digunakan. Pada gravity filling berdasarkan lama pengisian,
maka katup pengisi yang berfungsi mengisi produk akan membuka dalam waktu
tertentu sehingga volume yang diinginkan tercapai.
Alat
ini didasarkan pada kekentalan produk dan diameter pipa pengisian yang
dikendalikan secara mekanik oleh timer atau elektronik. Sedangkan gravity
filling berdasarkan berat botol, sebelum dilakukan pengisian maka botol
ditimbang lebih dahulu. Selanjutnya botol tersebut akan menuju tempat pengisian
produk, kemudian katup pengisian membuka untuk mengalirkan produk ke dalam
botol.
d.
Pressure filling (Pengisian berdasarkan tekanan)
Pada
dasarnya teknik ini hampir sama dengan teknik pengisisan gravity filling berdasarkan
lama pengisian. Teknik ini hanya sesuai untuk mengemas produk dengan kecepatan
sedang hingga tinggi, seperti sari buah, susu segar dan produk-produk yang
sejenis. Bila dibandingkan, dari keempat teknik pengisian produk cair, maka masing-masing
teknik pengisian memiliki kesesuaian jenis produk yang berbeda, seperti pada
Tabel 1.
4. Penutupan Botol
Penutupan
botol hendaknya dilakukan secara hermetis (rapat), seperti penutupan
botol untuk mengemas produk jam, jelly, sirup, sari buah, produk olahan daging
dan hasil olahan lainnya yang diolah dengan menggunakan suhu tinggi. Tujuan
penutupan secara hermetis yaitu untuk mencegah produk dari kerusakan,
terutama yang disebabkan oleh mikroba.
Keadaan hermetis akan
tercapai bila tutup botol dan bagian luar mulut botol dalam kondisi baik. Tutup
botol biasanya terdiri atas dua bagian, yaitu: lapisan luar yang terbuat dari
logam dan lapisan dalam (gasket) terbuat dari karet atau PVC. Ada beberapa
jenis tutup botol, yaitu jenis screwon cap closure, jenis crimp-on
closure (jenis mahkota), jenis rollon closure dan jenis cork (sumbat).
Jenis
screw-on cap closure, memiliki ulir pada bagian tutup. Ulir ini erfungsi untuk mengunci tutup dengan ulir
pada bagian mulut botol. Biasanya penutupan dilakukan dengan menekan dan
memutar 1-2 kali putaran. Jenis tutup ini dapat dibuka dan ditutup kembali
dengan baik. Biasanya jenis tutup ini banyak digunakan untuk menutup produk berbentuk
pasta, sirup, dan yang sejenis.
Tutup
jenis crimp-on closure (mahkota), disebut mahkota karena hasil penutupan
botol menyerupai mahkota yang menempel pada bagian mulut botol. Umumnya
digunakan untuk menutup produk kecap, sirup, bir, sari buah dan produk yang
sejenis.Biasanya tutup jenis roll-on closure terbuat dari aluminium
lunak. Penutupan dilakukan dengan cara mengepres tutup pada bagian mulut botol
sehingga tercetak sesuai dengan pola mulut
botol. Untuk jenis cork (sumbat), maka penutupan botol dilakukan
dengan menekan tutup botol pada bagian mulut botol.
Meskipun
kemasan botol merupakan kemasan yang baik untuk menahan gas, air dan bau, namun
produk dalam kemasan gelas yang disimpan tetap dapat rusak apabila penutupan
wadah tidak memenuhi syarat. Syarat-syarat penutupan kemasan gelas yang baik
adalah : kemasan harus dapat melindungi komponen penyusun produk, dapat
mencegah penetrasi senyawa dari luar ke dalam wadah, tutup botol tidak bereaksi
dengan produk yang dikemas, tidak lengket dengan produk, design/rancangan
bentuk tutup sedemikian rupa sehingga mudah dibuka.
5.
Pelabelan botol
Setelah
penutupan, maka langkah berikutnya adalah memberi label pada kemasan botol.
Pemberian label dapat secara manual atau menggunakan alat.
6.
Case
Packing
Botol-botol
yang sudah diisi, diberi tutup dan diberi label biasanya masih dikemas lagi
dengan menggunakan kardus. Kemudian kardus-kardus tersebut dikemas dengan
menggunakan plastic wrapping (shrink-wrapping). Pengemasan ini
memudahkan dalam distribusi produk untuk jarak jauh (Dwiari, dkk., 2008).
2.3
Syarat-syarat Botol
Syarat – syarat
botol yang digunakan untuk mengemas produk minuman antara lain :
1. Mampu melindungi produk selama penanganan transportasi
dan penumpukan.
2. Tidak mengandung bahan kimia
3. Memenuhi persyaratan pasar (baik bentuk, ukuran dan berat)
4. Kekuatan pengepakan tidak mempengaruhi kelembapan
5. Harga disesuaikan dengan produk
6. Mempermudah penjualan eceran
7. Kemudahan pembuanganya
8. Dapat digunakan ulang/daur ulang
9. Tidak
bereaksi dengan produk (inert) (Syarief, dkk.,1998).
2.4
Botol Plastik
Botol plastik adalah senyawa makromolekul organik yang
diperoleh dengan cara polimerisasi, polikondensasi, poliadisi, atau proses
serupa lainnya dari monomer atau oligomer atau dengan perubahan kimiawi
makromolekul alam yang dibentuk menjadi sebuah bahan kemasan berbentuk botol
yang aman digunakan sebagai pengemas bahan pangan ataupun produk minuman.
Keunggulannya dalam menggunakan botol plastik dari segi bentuknya yang
fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan,
tidak mudah pecah, bersifat transparan/tembus pandang, mudah diberi, label dan
dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara massal, harga relatif murah
dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.
Namun penggunaan
botol plastik memiliki kekurangan yakni tidak tahan panas, berpotensi
melepaskan migran berbahaya yang berasal dari sisa monomer dari polimer dan
plastik merupakan bahan yang sulit terbiodegradasi sehingga dapat mencemari
lingkungan (Anonim, 2006).
Secara garis besar terdapat dua macam botol plastik,
yaitu resin termoplastik dan resin termoset. Resin termoplastik mempunyai sifat
dapat diubah bentuknya jika dipanaskan, sedangkan resin termoset hanya dapat
dibentuk satu kali saja.
2.5
Botol Kaca
Gelas adalah campuran pasir dengan soda abu (serbuk
mineral/pasir putih dengan titik leleh rendah), batu kapur dan pecahan atau
limbah atau gelas yang didaur ulang. Kemasan botol menggunakan kaca memiliki
keunggulan tersendiri untuk produk minuman, salah satunya dapat dipanaskan sehingga
pada industri biasanya dilakukan
sterilisasi dengan panas, trasparan, dan dapat didaur ulang. Namun botol kaca
juga memiliki kekurangan yaitu berat, mudah pecah, harganya mahal, non
biodegradable, bentuk tetap (rigid), proses pembuatannya massal (padat/cair).
Menurut Syarief, dkk. (1998), kaca dalam bentuk botol dikenalkan oleh seorang dokter untuk
sistem distribusi susu segar yang bersih dan aman pada tahun 1994. Mekanisasi
pembuatan botol kaca besar-besaran pertama kali tahun 1992. Wadah-wadah berbahan
kaca terus berkembang hingga saat ini, mulai dari
bejana-bejana sederhana hingga berbagai bentuk yang sangat menarik. Sebagai
bahan kemasan, botol kaca mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan kemasan
berbahan dasar kaca antara
lain :
-
Kedap terhadap air, gas , bau-bauan ,
dan mikroorganisme,
-
Inert dan tidak dapat bereaksi atau bermigrasi ke dalam
bahan pangan,
-
Kecepatan pengisian hampir sama dengan kemasan kaleng,
-
Sesuai untuk produk yang mengalami pemanasan dan penutupan
secara hermetis,
-
Dapat didaur ulang,
-
Dapat ditutup kembali setelah dibuka,
-
Transparan sehingga isinya dapat diperlihatkan dan dapat
dihias,
-
Dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk dan warna,
-
Memberikan nilai tambah bagi produk,
-
Rigid (kaku), kuat dan dapat ditumpuk tanpa mengalami
kerusakan.
Adapun kelemahan kemasan botol kaca adalah berat sehingga
biaya transportasi mahal, resistensi terhadap pecah dan mempunyai thermal shock yang rendah, dimensinya
bervariasi, berpotensi menimbulkan bahaya yaitu dari pecahan kaca.
Tahapan dalam proses pembuatan kemasan botol
kaca adalah sebagai berikut :
-
Bahan baku dicampur
merata secara otomatis (Silika, Soda Abu Na2O, Potasium Oksida K2O,Batu Kapur
(Kalsium Oksida) CaO, Magnesium Oksida,Alumunium Oksida, Besi Oksida, Belerang
Tri Oksida).
-
Kemudian dimasukkan
ke dalam tanur untuk dilelehkan dengan suhu 1500-1600° C ada yang 1300°C).
-
Tungku pembakaran
membara terus menerus dan dikendalikan oleh sistem (panel) pengendali.
-
Sebelum dicetak
suhu diturunkan hingga 1000-1200oC dan lelehan gelas didiamkan
beberapa saat.
-
Cairan gelas
dialirkan ke dalam mesin pembuat botol
-
Lelehan
dipotong-potong dengan ukuran yang ditetapkan dalam bentuk gumpalan kasar.
-
Gumpalan meluncur
ke pencetakan pertama (cetakan Parison).
-
Hembus Ganda (Blow and Blow) untuk gelas berleher
sempit (botol)
-
Tekan dan Hembus (Press and Blow) untuk gelas berleher
lebar.
-
Pembentukan dan
pencetakan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
-
Dipindahkan ke cetakan akhir atau cetakan wadah yaitu
cetakan yang sebenarnya dengan ukuran tertentu.
-
Dibawa ke ruang
“leher”
pendingin yang bersuhu 450oC.
-
Wadah dipanaskan
kembali (proses annealing).
-
Kemudian
perlahan-lahan didinginkan dari suhu 575-600oC menjadi 450oC
dengan adanya aliran udara. Proses ini bertujuan untuk membuat wadah gelas
menjadi tidak rapuh atau mudah pecah.
-
Dilakukan
pengawetan gelas dengan cara pre-cooling
yang berfungsi untuk menjaga kompresor agar udara yang terhisap hanya udara
yang dalam keadaan bersih dan tidak mengandung air. Di Indonesia teknologi
pre-cooling pertama kali ditemukan oleh PT.Iglas (Persero).
-
Dilakukan
pengawasan mutu ketika botol keluar dari cetakan, yang terdiri dari uji coba
(Butler, 2001).
BAB
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tampat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua industri berbeda yakni
PT.Amerta Indah Otsuka (Pasuruan)
dengan produk Pocari sweat, dan D’Rossa (Jl.
Sriwijaya, Jember) dengan produk sirup
buah naga, yang kami kunjungi bulan April-Mei
2012.
3.2.
Metode kerja
Skema kerja small
project dapat dilihat pada Gambar 4, skema ini
menunjukkan kegiatan yang kami lakukan
selama proses penyelesaian small project
. Deskripsi kerja kelompok dapat dilihat pada Tabel 2.
Koordinasi Kelompok
|
Hasil
|
Evaluasi
|
Kunjungan
|
Menghubungi Pihak
terkait
|
Pencarian Literatur
|
Perencanaan
|
Pelaporan
|
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
|
Tabel 2. Diskripsi Kerja Kelompok
No
|
Kegiatan
|
Pelaksana
|
Keterangan
|
1
|
Koordinasi
|
Pradiska
|
|
2
|
Perencanaan
|
Bersama
|
|
3
|
Pencarian literature
a. Tipus
1
b. Tipus
2
c. Tipus
3
d. Tipus
4
e. Tipus
5
|
Pradiska
Lailatul
Mai
Akita
Devara
|
|
4
|
Pengumpulan data
|
Bersama
|
|
5
|
Menghubungi Pihak Terkait
|
Devara, Lailatul, mai
|
|
6
|
Koordinasi
|
Bersama
|
|
7
|
Kunjungan
a. Pocari
b. Home
Industri
|
Akita
Bersama
|
|
8
|
Koordinasi
|
Bersama
|
|
9
|
Analisa
|
Bersama
|
|
10
|
Evaluasi
|
Bersama
|
|
11
|
Penyusunan Laporan
|
Bersama
|
|
3.3 Jadwal Kegiatan
Seluruh
rangkaian kegiatan yang kami lakukan dalam menyelesaikan small project tertera pada Tabel 3. Pelaksanaan small project ini berlangsung selama
kurang lebih tujuh minggu. Kegiatan yang dilakukan dimulai dari koordinasi
kelompok hingga penyusunan laporan.
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No.
|
Uraian Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan (minggu ke-)
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
1.
|
Koordinasi kelompok
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Pencarian literatur
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Kunjungan ke Industri 1
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Penyusunan dan penyampaian progress report
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Survey lokasi
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Kunjungan dan magang
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Evaluasi kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Analisa dan hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
10.
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB 4.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pembotolan Skala Industri Rumah Tangga
Berdasarkan kunjungan yang dilakukan, pembotolan pada
skala rumah tangga diawali dengan pembersihan botol kaca. Pembersihan
botol menggunakan cara yang sederhana
yaitu dengan merendam botol dalam air
panas yang ditambahkan dengan asam sitrat. Konsentrasi asam sitrat yang
ditambahkan adalah 100 gram/5
Liter air. Penambahan asam sitrat
bertujuan untuk membersihkan noda lemak maupun zat lain yang melekat
pada botol, karena asam sitrat memiliki kemampuan untuk mengkelat logam,
sehingga berguna sebagai pengganti sabun dan deterjen sehingga botol bebas dari kontaminasi fisik
(Anonim, 2010).
Proses kedua dilakukan pengeringan menggunakan sinar
matahari kemudian botol tersebut di sterilisasi menggunakan uap panas,
perlakuan sterilisasi ini menggunakan alat yang sederhana yakni alat pengukus
selama 15 menit dengan suhu sekitar 100°C, proses tersebut bertujuan agar botol
bebas dari kontaminasi mikroba. Kemudian dilakukan pengisian botol dengan syrup
menggunakan teknik yang sederhana, yakni dengan mengukur syrup dalam wadah ukur
sebanyak 265 mL dan botol yang telah terisi syrup tersebut ditutup dengan cara
manual, kemudian dilakukan pemanasan kembali dengan uap panas hal ini bertujuan
untuk menghilangkan mikroba patogen yang terdapat dalam bahan. Pemanasan ini
berlangsung selama 5 menit menggunakan alat yang sama seperti sebelumnya, dalam
kondisi yang panas, dilakukan pelabelan dengan menempelkan kertas label, dalam
kondisi ini sangat menguntungkan bagi pelabelan karena jika botol dalam keadaan
panas pelabelan lebih mudah dilakukan. Selanjutnya dilakukan penyegelan untuk
memberikan keyakinan bagi konsumen bahwa produk tersebut masih asli dari
produsen dan dilakukan distribusi. Diagram alir pembotolan produk minuman skala industri
rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 5.
4.2 Proses Pembotolan Skala Industri Besar
Pada industri skala besar pembotolan diawali dengan
pemanasan bijih resin. Resin adalah butiran kecil berwarna putih yang terbuat
dari minyak bumi jenis PET (Poly Ethylen
Terephthalate), resin kemudian dicetak untuk menjadi preform, dan dilakukan injeksi modling
yakni pencetakan bijih resin menjadi calon botol yang digunakan sebgai bahan
pengemas, dalam kondisi ini calon botol masih mampat belum terisi angin dan
masih berbentuk pipih, dan selanjutnya dilakukan peniupan sehingga botol mulai
memiliki bentuk, semua alat dalam pengemasan ini menggunakan alat yang canggih
dan otomatis.
Botol yang sudah siap dan memiliki bentuk diisi (filling) dengan produk yang akan di pasarkan dengan
alat tertentu secara otomatis dan pemberian tutup (capping), dan dilakukan pelabelan serta inspeksi, inspeksi ini
dilakukan secara otomatis menggunakan kamera pengawas untuk memberikan jaminan
kualitas yang tinggi, kemudian dilakukan pengemasan dan pemberian tanggal
kadaluarsa. Pengemasan dalam satu karton yang berisi 24 botol produk, yang
selanjutnya dilakukan pengecekan akhir untuk memastikan kualitas yang terbaik
sebelum didistribusikan, setelah melalui uji kualitas
produk didistribusikan. Untuk diagram alir proses
pembotolan skala industri besar dapat dilihat pada Gambar 6.
Bijih resin
|
Pemanasan dan
pencetakan
|
Preform
|
Peniupan
|
Filling dan Penutupan
|
Labeling
|
Inspeksi
|
Packing
|
Labelling
|
Gambar 6. Diagram Alir
Proses Pembotolan
Industri Skala Besar3 Perbedaan Proses Pembotolan Skala Industri Besar dan
Rumah Tangga
|
Perbedaan proses pembotolan skala industri besar dan skala
rumah tangga yakni dapat dilihat pada Tabel 3. Botol yang digunakan
pada industri skala rumah tangga adalah botol berbahan dasar kaca, sedangkan
pada industri besar botol yang digunakan berbahan dasar plastik, sehingga pada proses pembotolannya terdapat perbedaan
perlakuan. Namun pada
dasarnya, hal tersebut tidak memperngaruhi proses pembotolan secara umum,
karena ada juga industri skala rumah tangga yang menggunakan botol plastik yang
siap pakai dan lebih murah harganya, serta industri skala industri yang
menggunakan botol kaca.
Tabel 4. Perbedaan Proses Pembotolan Skala Industi Besar dan
Skala Rumah Tangga
No
|
Proses
|
Industri Besar
|
Rumah Tangga
|
1.
|
Pembuatan Botol
|
√
|
|
2.
|
Peniupan
|
√
|
|
3.
|
Pebersihan botol (perendaman)
|
|
√
|
4.
|
Pengeringan
|
|
√
|
5.
|
Filling dan capping
|
√
|
√
|
6.
|
Pasteurisasi
|
|
√
|
7.
|
Pelabelan
|
√
|
√
|
8.
|
Penyegelan
|
|
√
|
9.
|
Inspeksi
|
√
|
|
10.
|
Pengemasan
|
√
|
|
11.
|
Uji Kualitas
|
√
|
|
12.
|
Distribusi
|
√
|
|
13
|
12
|
Pada industri yang kami kunjungi, pegisian produk
pada industri
skala rumah tangga menggunakan cara manual dengan
mengukur satu persatu produk yang akan diisikan dalam botol, sedangkan pada industri skala besar
pengisian produk menggunakan alat
khusus dengan takaran tertentu sehingga proses pengisian menjadi lebih cepat.
Pelabelan dilakukan dengan cara otomatis dengan label
seragam pada produksi minuman skala industri
besar, sedangkan skala industri
rumah tangga menggunakan cara manual sehingga produk
kemasan skala industri rumah tangga terkadang tidak seragam dan peletakan label
tidak tepat pada posisinya. Namun sebelum dilakukan pelabelan
produk, pada industri skala rumah tangga dilakukan proses pemanasan menggunakan
uap panas (steaming) yang tidak dilakukan dalam industri besar. Pemanasan
tersebut bertujuan untuk menghilangkan kontaminasi mikroba pada produk
dan mempermudah proses pelabelan karena jika kondisi botol panas, proses
pelabelan lebih mudah merekat dan mudah dilepas jika terjadi kesalahan dalam
penempelan label.
Untuk memberikan jaminan kualitas pada industi besar
dilakukan inspeksi untuk memastikan produk yang akan didistribusikan kemasannya
tidak ada yang cacat, sedangkan pada industri skala rumah tangga tidak dilakukan inspeksi akan tetapi dilakukan
penyegelan sebagai ciri bahwa produk tersebut asli dari produsen.
Selanjutnya
pada industri besar dilakukan pengemasan
dalam kardus, uji akhir kualitas dan
pendistibusian. Sedangkan pada industri skala rumah tangga tidak
dilakukan pengemasan dalam kardus dan uji akhir kualitas melainkan langsung didistribuskan,
sehingga produk dari produsen skala
rumah tangga didistribusikan secara eceran
dan produk dari produsen skala industri besar didistribusikan per kardus.
Perbedaan kemasan juga terlihat pada segel yang terdapat
pada kemasan. Penyegelan pada industri skala rumah tangga dilakukan dengan
menggunakan silika yang kemudian dipanaskan menggunakan uap, sehingga
segel menutupi seluruh
permukaan tutup botol, sedangkan pada skala industri besar, segel yang digunakan adalah segel
otomatis yang melekat pada bagian bawah tutup botol, sehingga segel ini lebih kuat.
Hal yang sangat penting pada proses pembotolan ini adalah
perbedaan proses inspeksi dan jaminan mutu pada produk, pada produksi industri
rumah tangga, proses inspeksi dan uji kualitas benar-benar terjamin dan teruji
kualitasnya pada setiap produknya, beebeda dengan industri rumah tangga yang
tanpa melalui uji kualitas. Uji kualitas yang dilakukan pada industri rumah
tangga hanya
dilakukan pada satu sampel produk saja, sehingga terdapat kemungkinan adanya
perbedaan kualitas pada sampel lainnya yang tidak teruji.
4.4 Perbedaan
Proses Pembotolan dengan Bahan Dasar Kaca dan Bahan Dasar Plastik
Proses pembotolan dengan menggunakan bahan dasar kaca dan
menggunakan bahan dasar botol memiliki beberapa perbedaan dengan rincian dapat
dilihat pada Tabel
5.
Tabel 5. Perbedaan Botol Berbahan Dasar Kaca dan Plastik
No
|
Parameter
|
Botol kaca
|
Botol Plastik
|
1.
|
Ketahanan
terhadap Panas
|
Lebih tahan
|
Kurang tahan
|
2.
|
Ketahanan
terhadap zat kimia
|
Lebih tahan
|
Kurang tahan
|
3.
|
Biaya
|
Lebih efisien
|
Kurang efisien
|
4.
|
Alat yang digunakan
|
Efisien
|
Kurang efisien
|
5
|
Menggunakan uap panas
|
Ya
|
Tidak
|
6
|
Pasteurisasi
|
Ya
|
Tidak
|
7
|
Perendaman Asam Sitrat
|
Ya
|
Tidak
|
Botol berbahan dasar kaca perlu disterilisasi dan dipanaskan menggunakanan uap panas untuk menghilangkan
kontaminasi mikroorganisme serta pembersihan dengan perendaman dalam larutan asam sitrat.
Hal ini tidak mungkin dilakukan pada botol plastik karena
dikhawatirkan akan membahayakan konsumen karena ada
kemungkinan senyawa plastik yang direndam dalam larutan asam akan bereaksi
sehingga mencemari produk. Sedangkan jika menggunakan bahan dasar plastik maka botol
yang akan digunakan harus dilakukan pencetakan yakni pembuatan botol yang
terbuat dari bijih resin.
Dari segi biaya, pembotolan yang menggunakan kaca lebih
efisien dari pada pembotolan menggunakan botol plastik.
Hal tersebut karena botol
kaca aman digunakan, lebih tahan terhadap zat kimia,dan lebih
tahan panas.
Terdapat proses pasteurisasi pada pembotolan menggunakan
kaca yang bertujuan untuk menghilangkan mikroba patogen yang tumbuh dalam
produk. Pembotolan menggunakan botol plastik tidak dilakukan proses
pasteurisasi karena jika botol diberi perlakuan panas, maka botol akan rusak
dan meleleh. Pengisian produk dilakukan langsung
pada botol yang telah dibuat sebelumnya, sehingga alat yang digunakan untuk
membuat botol harus benar-benar steril dan teruji kualitasnya agar tidak
terjadi kontaminasi dari peralatan.
BAB. 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakuakan dapat disimpulakn
bahwa
1. Proses pembotolan skala industri rumah tangga meliputi
pembersihan, sterilisasi, filling dan
capping, pasteurisasi, labelling, dan segel.
2. Proses pembotolan skala industri besar meliputi pembuatan
botol, peniupan, filling dan capping, labeling, injeksi, pengemasan,
uji kualitas, distribusi.
3. Perbedaan proses pada botol berbahan dasar plastik dan
berbahan dasar kaca adalah pada pembuatan dan sterilisasi.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk penelitian lebih
lanjut adalah kunjungan dan magang singkat pada industri besar sangat
diperlukan guna meningkatkan pemahaman dan mendapatkan pengetahuan yang lebih
detail mengenai proses pembotolan.