Jumat, 08 Juni 2012

ENZIM MANANNASE

PENDAHULUAN

Peningkatan hasil pertanian diikuti pula oleh meningkatnya limbah hasil pertanian yang bila tidak ditangani akan menimbulkan masalah lingkungan. Komponen limbah pertanian umumnya adalah selulosa dan hemiselulosa (xilan dan manan). Salah satu produk pertanian adalah kelapa dengan limbahnya berupa bungkil kelapa. Komponen utama bungkil kelapa adalah manan yang dapat dihidrolisis oleh mananase.
Mananase adalah enzim pengurai manan dan galaktomanan menjadi manosa dan galaktosa. Enzim ini memotong secara acak rantai utama manan dan hetero β-D-manan menjadi gula terlarut yaitu manodekstrin dan manosa (Johnson, 1990). Mananase dapat dihasilkan oleh berbagai mikroorganisme. Untuk dapat menghidrolisis (hetero) manan, fungi dan bakteri harus menghasilkan sedikitnya 3 jenis enzim yaitu satu mananase (EC 3.2.1.78), satu β-manosidase (EC 3.2.1.25) dan satu α-galaktosidase (EC 3.2.1.22) (Hilge et al., 1998).
Enzim mannanase dapat dimanfaatkan oleh industri pulp dan kertas untuk proses pemutihan sehingga mengurangi pemakaian bahan kimiawi (Johnson, 1990) maupun dalam industri pakan ternak untuk meningkatkan nilai gizi bahan pakan kaya manan seperti bungkil kelapa. Kadar manan yang tinggi pada bungkil kelapa akan melindungi molekul protein sehingga menurunkan nilai ketercernaan protein. Daya cerna protein optimum dapat dicapai bila kandungan manannya diuraikan terlebih dahulu (Purwadaria et al., 1994). Sabut kelapa merupakan bagian terbesar (± 35%) dari bobot buah kelapa. Jika produksi buah kelapa di Indonesia mencapai 3.250.000 ton/ tahun maka akan dihasilkan sabut kelapa sebanyak 1.137.500 ton/ tahun. Serat sabut kelapa dikenal sebagai coco fiber, coir fiber, coir yarn, dan rugs. Pemanfaatan sabut kelapa masih sebatas untuk kerajinan, seperti tali, keset, sapu, matras, bahan isian jok mobil, dan lain-lain. Sabut kelapa (eksokarp) terdiri dari bagian luar (epikarp) yang tahan air dan bagian dalam (mesokarp). Mesokarp terdiri dari untaian serat vaskuler yang disebut coir yang melekat pada jaringan parenkimatis (gabus). Namun karen terdapat mana dalam sabut kelapa ini, secara enzimatis dapat dimodifikasi dan bermanfaaat untuk beberapa proses industri pangan seperti ekstraksi minyak dari biji-bijian, penurun kekentalan selama proses pembuatan kopi instan, dan peningkatan nilai gizi pada pakan ternak seperti bungkil kelapa.

SUMBER PRODUK

Pada pembuatan enzim mananase, jamur yang digunakan adalah Aspergillus niger. Aspergillus niger tumbuh optimum selama 3 – 5 hari dengan suhu 25 – 30 °C (Falony, 2008).Pada awalnya jamur yang digunakan ditumbuhkan pada media PDA (Potato Dextrose Agar )kemudian untuk membuat kurva pertumbuhan, jamur ditanam dengan menggunakan media tauge. Media tauge digunakan sebagai nutrisi.Dari media tauge ini didapatkan jamur dalam waktu 5 hari yang kemudian diadaptasikan kembali pada media onggok 4 hari. Penentuan lamanya diadaptasi berdasarkan kurva pertumbuhan yang telah kami buatsebelumnya pada media onggok dan gandum.
Pada pembuatan kurva pertumbuhan ditambahkan sukrosa sebagai nutrisi dalam pertumbuhan aspergillus niger karena sukrosa merupakan sumber karbon. Untuk menentukan kurva pertumbuhan ada beberapa metode yaitu menghitung berat massa sel kering dan jumlah koloni. Pada penelitian ini kami menggunakan perhitungan massa sel kering karena kami menggunakan jamur yang bisa dihitung hanya dengan perhitungan massa sel kering. Untuk menghitung massa sel kering dengan cara menginokulasikan aspergillus niger pada media semi padat onggok selama 5 hari, dimana setiap 12 jam disaring lalu dioven untuk mendapatkan berat massa sel kering yang konstan. Waktu 12 sampai 24 jam merupakan fase adaptasi (lag). Dalam fase adaptasi ini jamur dalam tahap penyesuaian terhadap lingkungan baru. Kondisi ini dapat terjadi karena terdapat perubahan media serta lingkungannya dari media touge hal ini sesuai dengan referensi bahwa jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium mula-mula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan disekitarnya.
  
MEKANISME PRODUKSI

Untuk memproduksi enzim mananase, sebelumnya kita harus mengetahui koindisi pertumbuhan mikrobanya. Untuk mengetahui kondisi pertumbuhan mikroba manolitik dalam memproduksi mananase, maka dilakukan optimasi suhu dan pH. Miroorganisme yang digunakan ialah Aspergiilus niger BL5. lsolat ini ditumbuhkan dalam media mineral yang mengandung substrat manan terbaiknya, yaitu bungkil kelapa sawit (BKS) dan bungkil kelapa (KLP). Komposisi media mineral yang digunakan ialah substrat manan, ekstrak khamir 0.05%, bacto pepton 0.075%, (NH4)2S04 0.14%, KH2P04 0.2%, MgS04.7H20 0.03%, CO(NH4)2 0.03%, CaCI2 0.03%, FeS04.7H20 0.0005%, MnCb.7H20 0.00016%, ZnS04.7H20 0.00014 %, CoCl2 0.0002%, agar 1 ,5%. A. niger BL5 ditumbuhkan dalam 150 ml media mineral cair mengandung sumber manan pada erlenmeyer 300 mi. Fermentasi ini dilakukan dengan melakukan 3 kali ulangan. lnokulan diinkubasi dalam shaker inkubator pada suhu ruang selama 6 hari pada berbagai suhu (30-40°C) dan pH (5-1 0) dan dilakukan pengambilan sampel setiap 24 jam. Parameter yang diamati ialah pertumbuhan sel dan aktivitas enzim mananase. Pertumbuhan sel dihitung dengan menggunakan spektrofotometer pada A. 660 nm. Aktivitas enzim diukur dengan metode Arc:ujo & Ward (1990) yang dimodifikasi.
Kemudian proses pengendapan dengan menggunakan aseton. Pengendapan dengan Aseton dilakukan secara bertahap. Pertama menyiapkan dan menyimpan sampel larutan enzim kasar dalam es dan sebelumnya mendinginkan aseton terlebih dahulu pada cold room suhu 8°C selama 1 jam. Aseton ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan enzim kasar dan dilakukan pengadukan. Jumlah aseton yang ditambahkan sesuai dengan prosentase yang diinginkan. Pada kegiatan Aseton ditambahkan dari 0 sampai 100%. Setelah penambahan Aseton selesai, larutan campuran enzim kasar dan Aseton tersebut disimpan pada suhu dingin selama 1 jam atau lebih. Kemudian larutan tersebut disentrifugasi selama 10 men it pada 7000 rpm. Kemudian endapan yang diperoleh dilarutkan dengan buffer fosfat pH 7.2 dan didialis semalaman. Larutan hasil pengendapan tersebut dianalisa aktivitas enzim dan kandungan proteinnya. Selanjutnya dilanjutkan dengan proses pengendapan dengan ammonium sulfat, pengendapan enzim mananase dengan ammonium sulfat dilakukan pada konsentrasi 20-80%. Sampel enzim yang telah disentrifugasi dalam es sejumlah volume yang dibutuhkan untuk setiap konsentrasi ammonium sulfatnya. Tahap selanjutnya menyiapkan ammonium sulfat. Amonium sulfat ditumbuk dengan menggunakan mortar agar menjadi halus dan ditimbang sesuai konsentrasi yang dibutuhkan. Se!anjutnya untuk masing-masing perlakuan konsentrasi ammonium sulfat, ditambahkan sejumlah gram ammonium sulfat kedalam sampel enzim dalam gelas ukur. Larutan diaduk dengan magnet pengaduk. Ammonium sulfat ditambahkan secara pelan-pelan dan sedikit demi sedikit. Setelah selesai larutan enzim dan ammonium sulfat diinkubasi semalaman. Kemudian larutan disentrifugasi 12.000 rpm selama 15 menit untuk memperoleh pelet. Kedalam pellet ditambahkan 1 ml buffer fosfat pH 7,2 dan dianalisa aktivitas enzimnya untuk mengetahui konsentrasi optimum 16 ammonim sulfat yang dibutuhkan. Tahap selanjutnya dilakukan pengendapan dengan volume enzim yang lebih besar (200 mi) dengan menggunakan konsentrasi ammonium sulfat optimum yang telah dikatahui dari hasil kegiatan di atas. Hasil pengendapan ini selanjutnya dialisis semalaman. Sebelum dialisis kita persiapkan membran dialisis yaitu cellulose membrane (dialysis tubing). Setelah membran dialisis siap, sampel enzim hasil pengendapan dengan ammonium sulfat dimasukkan kedalam membran dialisis dan proses dialisis ber!angsung semalam pada suhu dingin (di cold room). Enzim hasil dialisis dipanen dan selanjutnya dihitung aktivitas enzimnya. Enzim mananse hasil dialisis ini selanjutnya yang akan digunakan sebagai sampel untuk analisa lanjut yaitu kromatografi gel filtrasi. PH optimum reaksi ditentukan dengan mereaksikan enzim dan substret pada suhu 50°C dengan kisaran buffer yang digunakan pada pH 3 -5 (citratebuffer); pH 6-8 (phosphate buffer); pH 9-10 (Giycin-NaOH buffer). Sedangkan untuk menentukan suhu optimum dilakukan reaksi dengan menggunakan pH optimum yang telah diperoleh tersebut pada kisaran suhu 35-70°C. Hasil pH dan suhu optimum dari enzim yang telah dimurnikan dengan kromatografi gel filtrasi selanjutnya dibandingkan dengan pH dan suhu optimum enzim akstrak kasarnya.
  
MANFAAT PRODUK DALAM INDUSTRI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
Sumber manan di alam sangat berlimpah , manan terdapat pada kopi, kopra, dan bungkil kelapa sawit. Tetapi dari sekian banyak manan yang tersedia di alam pemanfaatannya belum optimal bahkan sebagian besar dianggap limbah. Manan dapat dihirolisa menjadi manosa oleh enzim endo β-mananase dan exo β-mannosidase. Mananase adalah enzim  pengurai manan dan galaktomanan menjadi manosa. Mananase dapat dihasilkan oleh beberapa mikroorganisme. Mananase lebih banyak dimanfaatkan untuk industri yang membutuhkan konfersi substrat dari limbah agroindustri.Enzim mananase telahdimanfaatkan oleh beberapa proses industri pangan, seperti ekstraksi minyak dari biji-bijian, penurun kekentalan selama proses pembuatan kopi instan, produksi oligosakarida dan peningkatan nilai gizi pada pakan ternak seperti bungkil kelapa. Kadar manan yang tinggi pada bungkil kelapa akan melindungi molekul protein sehingga menurunkan nilai ketercenaan protein. Daya cerna protein optimum dapat dicapai bila kandungan manannya diuraikan terlebih dahulu (Purwarida, 1994).Beberapa jenis mananase dari fungi, yeast dan bakteri telah diproduksi .Produksi mananase dari mikroba ini lebih menguntungkan, karena lebih ekonomis, produktivitas lebih tinggi dan kondisi produksi lebih terkontrol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar